Kamis, 09 April 2009

Standar Kompetensi Anak Asrama (1 of 4)

1. Harus Bisa Berlari Cepat

Sudah jelas, kita ditempa selama seminggu penuh sewaktu MOS. "Lima menit dari sekarang," adalah kalimat yang sering kita dengar. Bayangkan...lima menit! kita harus ke asrama, ganti baju, dan kembali lagi dalam waktu segitu juga. Sekate-kate? Mati kita kalo gak lari cepet-cepet.
Selepas MOS, apa boleh buat, kita pun diharuskan untuk berlari cepat. Apel pagi, itulah alasannya. Ya...kegiatan yang mengharuskan kita untuk berkumpul di depan asrama guru pada jam 06.45 teng ini adalah kegaiatan yang membuat kita (terpaksa) harus berlari-lari ke sana. Harus cepat, man! Apalagi kalo sudah ada hitung mundur. Tahu kan? Teror yang berisi kalimat, "It's time to apel. Ten...nine...eight..." dua menit sebelum waktu apel. Karenanya, keahlian berlari cepet itu pasti dan wajib kita miliki. Ini sangat berguna. Apalagi kalo Anda baru bangun jam 06.30. At least, Anda gak telat. Percayalah, ini berguna sekali. Karena saya sering sekali memraktekannya.

Tanpa keahlian ini, kita hampir dipastikan akan telat. Dan bila telat, pasrahlah kalian untuk berlari mengelilingi asrama guru.
Pilih mana...bisa lari cepet buat apel atau lari-lari kelilingin asrama guru?

2. Makan Cepat dan Cepat-Cepat (untuk) Makan

Ini penting bagi keberlangsungan hidup kita. Makan itu kebutuhan primer manusia, teman. Singkirkan dulu keinginan untuk diet, mau jadi apa kita kalo setelah berjam-jam memeras otak dan tak ada nutrisi yang masuk ke badan? Mau jadi tulang dan kulit? Tentunya tidak ada dari kita yang sudi.

Toh, bukan hanya itu. Anak asrama yang sibuk kayak kita *cuih* hanya punya waktu sedikit untuk makan. Kita harus makan dengan secepat kilat. Jam pelajaran dan tugas-tugas sudah menanti kita.
Kita juga harus bergegas untuk makan. Ingat...kita anak asrama. Segala kegiatan punya embel-embel "antri", termasuk untuk makan. Antri untuk makan merupakan kegiatan yang mengancam pasokan makanan yang bisa kita nikmati. Apalagi kalau kita harus ngantri di bagian belakang, hah...menderita sekali. Karena itulah, kecepatan kita untuk sampai ke kantin sangat menentukan seberapa banyak lauk yang akan diterima. Jangan ada lagi yang mengalami nasib seperti saya dan Nadhil, yang pernah kehabisan makanan di kantin karena baru makan jam 06.40 hari Sabtu *padahal menunya bubur ayam lho, hiks...*. Ingin tahu apa yang kami makan? Indomie Ayam Bawang satu porsi berdua! Hiks...hiks...hiks...sial amat ya kita, Dhil?

3. Panjang akal (baca : pintar ngeles)

Perlu sekali. Kita bisa menggunakan ups,sori...MEMANFAATKAN kompetensi ini dalam berbagai situasi yang genting. Misalnya, tadi malem kita habis begadang ngerjain tugas Fisika atau habis belajar buat TB Kimia sampe jam 3. Terus jam 4.30 kita harus ke mesjid, sholat subuh. Ngantuk kan? Ngantuk banget, pasti. Tapi kalo gak ke mesjid ntar kena poin kan? Inilah saat paling tepat untuk mengeles ke anak-anak OSIS yang sedang piket. Pasanglah tampang memelas, lemes, dan atau kesakitan. Kemudian bicaralah *dengan nada lemes* "Duh...pusing niy" atau "Aduh...aduh....aduh....sakit perut. Tadi malem kebanyakan makan,". Ucapkan kalimat tersebut dengan penghayatan yang sungguh-sungguh. Anda akan dipercaya.

Kompetensi ini juga bisa dijadikan andalan bila kita ditagih uang lanudry-an sama Teh Euis, petugas laundry-an kita. Survey membuktikan, 85% anak-anak telat bayar laundry (Buku Tahunan Morxis). Apa yang harus kita lakukan? Datanglah ke si teteh, pasang muka memelas *lagi*, dan katakanlah "Yah...mbak, belum dikirim,". Agar lebih meyakinkan, rogohlah kantong celana atau rok Anda dan tunjukkan bahwa tidak ada yang tersisa di situ. Dia pasti akan percaya. Kalimat ini akan lebih ampuh bila diduung dengan air muka yang sesuai. Jadi pasanglah TAMPANG-YANG-KERE-SEKALI. Terakhir, dan paling penting, JANGAN BAWA TENTENGAN DARI KOPINMA. Ini bisa mengurangi kekuatan argumentasi kita.

4.Pinter Ngerayu

Akuilah, sebagai anak asrama kita sangat amat sering memraktekkan keahlian ini. Terutama saat ingin meminta IZIN KHUSUS. Yup, hal satu ini sangat amat susah untuk didapatkan. Apa boleh buat, mengingat izin khusus adalah kesempatan kita untuk melihat dunia luar dengan jangka waktu yang 'lama', cara apapun akan kita lakukan. Dengan liciknya, kita sering merayu orangtua untuk membuat alasan yang memungkinkan keluarnya izin khusus dari pembina.

Kalo saya sih, jujur aja ya, paling sering izin dengan alasan "Ada nikahan saudara". Fyuh...untungnya ayah saya bisa diajak CS-an ^^. Bahkan terkadang, beliau sendiri lah yang berinisiatif merayu pembina asrama. Jurus paling ampuhya adalah kalimat, "Begini lho, pak...kan ada nikahan Oom-nya Sumayya. Gak enak juga Pak kalo gak dateng. Apalagi dia ini *sambil menunjuk ke arah saya* sudah jauh rumahnya, jarang ditengokin pula. Ibunya kan gak bisa sering-sering ke Jakarta. Ya...jadi kalo saya ke sini, penginnya ketemu Maya ini, Pak. Sekalian," Beneran. Pembina langsung luluh gitu deh hatinya.

Sesampainya di mobil, biasanya saya tanya "Bi..kan nikahannya UDAH TADI SIANG?" jawaban ayah saya, "Abi kan tadi bilangnya ADA nikahan. Gak nyebut kapan kan?" Hehehehehe...I love you, daddy...you are my hero...

5. Pintar sembunyi dan sekaligus menyembunyikan barang 'terlarang'

Ini keahlian yang paling penting dan saya sangat menyarankan semua anak asrama menguasainya. Kita, sebagai anak asrama punya satu keunggulan. Karena kita sehari-hari tinggal di tempat yang sama selama 24 jam (dan selama 3 tahun), kita sudah sangat mengenal lingkungan asrama. Maka dari itu, urusan mencari tempat persembunyian, sudah seharusnya menjadi hal yang bisa kita lakukan dengan mudah. Artinya, inilah keunggulan kita : Sudah sangat mengenal 'medan pertempuran'.

Mengapa kompetensi ini penting? Ingat kembali habitat kita di asrama, yang menuntut kedisplinan tinggi dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Jujurlah padaku *ih kok kayak lagunya RADJA*, sekali-kali kita sering merasa MALAS untuk menjalani semua kegiatan itu. Pada saat-saat seperti itu, kompetensi nomor 3 tidak bisa diaplikasikan. Bayangkan, masa kita beralasan "MALAS" saat ketahuan tidak ke masjid. Udah gila apa? Saat-saat mendesak seperti ini, kita perlu menerapkan sederetan taktik bersembunyi yang OK.

Sebagai langkah awal, kita bisa bersembunyi di kamar mandi. Tapi taktik ini tergolong riskan, mengingat anak OSIS biasa menengok kamar mandi, sampai dibuka-buka segala pintunya. Saran saya, hindarilah tempat ini dan cari tempat lain yang lebih aman.

Ngumpet di lemari dapat dijadikan solusi terbaik, terutama lemari yang gede itu. Yang bisa buat gantung seragam *ada tempat gantungannya* di bagian bawahnya. Bersyukurlah Anda-Anda yang berbadan kecil karena Anda bisa dengan nyaman bersembunyi di dalamnya. Untuk yang berbadan besar, jangan khawatir, kita bisa cari akal. Susunlah lemari-lemari di kamar sedemikian rupa sehingga ada celah yang memungkinkan kita untuk bersembunyi dengan aman dan nyaman. Contoh ekstrim dari aplikasi kompetensi ini : Saya dan teman sekamar pernah ngumpet bersama di kamar. Dua orang ngumpet di lemari masing-masing. Satu orang ngumpet di kamar mandi (dengan lampu dimatikan dan tanpa membuat keributan *kasian deh dia*), dan satu lagi ngumpet di sela-sela lemari. Beneran gak ketahuan kita, hahaha *anak2 209 J 2005-2006, inget ga kejahiliyyahan kita dulu?*

Di akhir kelas dua-kelas tiga, yang merupakan puncak daya kreasi kita dalam hal umpet-umpetan, kita sering ngabur dari kompleks sekolah dengan cara bersembunyi di mobil penjenguk kita.

Caranya begini : Buatlah perjanjian dengan pihak yang akan menjenguk kita, lengkap dengan waktu dan tempatnya . Parkirkan mobil sesuai dengan tempat perjanjian, dan tinggallah beberapa saat *minimal 30 menit* agar tidak dicurigai. Di saat yang tepat, arahkan kendaraan ke arah asrama. Bersamaan dengan itu, carilah tempat yang aman untuk bersembunyi. Biasanya dengan menidurkan diri di bangku, bersembunyi di lantai mobil, atau loncat ke bagian belakang. Tetap rahasiakan keberadaan Anda sampai mobil sudah berada di luar area sekolah (di Jalan Raya Serpong deh minimal). Setelah itu, ah....hiruplah udara kebebasan di luar. Cara ini banyak dipakai bila taktik nomor 3 dan 4 tidak membuat pembina mengeluarkan IZIN KHUSUS untuk kita.

Di sisi lain, kemampuan menyembunyikan barang juga sangat urgen. Di masa kini, betapa hampanya hidup tanpa KOMIK, laptop, hape, dan koleksi DVD plus playernya. Tapi kita pernah mengalami masa-masa itu dan jujur saja...kita B-O-S-A-N. Apa boleh buat, kegiatan menyelundupkan barang pun dengan senang hati kita lakukan.

Berawal dari komik yang diselipkan di buku pelajaran, dengan cepatnya, kita mengembangkan kompetensi ini ke level yang lebih tinggi. Entah sudah berapa banyak kasur asrama yang dirobek untuk digunakan sebagai tempat kita menyembunyikan hape *hayoooo...ngaku siapa yang pernah ngerobek kasurnya?*. Masih was-was, kita mencari tempat lain untuk menyembunyikan hape. Tempat baju kotor adalah sasarannya. Sekilas terkesan jorok, tapi ini tempat yang paling terakhir diaduk-aduk pembina. Toh, kita juga mengembangkan taktik lain yang sedikit nekat. Nyemplungin hape ke ember cucian *tentunya setelah dilapisi lapisan pelindung (baca : wadah plastik)* terbukti pernah dilakukan oleh beberapa orang. Toh, kita tidak puas. Untuk lebih amannya, kita mengubah tempat penyembunyian hape setiap hari.

Untuk laptop, koper yang dikunci tampaknya menjadi pilihan utama. Meskipun begitu, tak sedikit pula yang menyimpan laptopnya di lemari. Disamarkan dengan dibungkus bed cover ataupun selimut tebal dan disusun dengan rapi. Cara ini juga bisa diterapkan untuk menyimpan DVD.

Urusan DVD player, mengingat ukurannya besar, menyimpannya di kamar bukanlah pilihan yang bijaksana. Untuk barang ini, living room merupakan tempat yang aman. Mengapa living room? Ingat kembali, living room adalah public sphere. Ruang yang dimiliki oleh seluruh penghuni asrama. Karenanya, muncul asumsi tidak ada barang yang bersifat pribadi yang ada di situ. Berangkat dari asumsi itulah, kita menyalahgunakan manfaat living room. Biasanya, DVD player disembunyikan di pojok bagian timur. Mengingat di situ merupakan sudut tempat bertemunya tembok dan karpet. Atau...manfaatkan meja bundar yang biasa ada di sana. Lipat meja itu, pepetkan ke tembok, dan sembunyikanlah DVD player kita di situ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar